Selasa, 18 Oktober 2016

WARMNESS ON THE SOUL cerpen

     Rintik hujan membasuh bumi. Menorehkan suasana dinginnya tubuh dan hati. Cuaca seolah-olah seperti torehan pena sutradara. Ya, suasana yang cukup dramatis, sedramatis kehidupan di bumi ini. Hujan pun semakin turun dengan derasnya. Jam menunjukkan pukul 16.00. Sehabis mandi, Arinda melanjutkan salat Ashar. Hujan masih turun dengan derasnya, namun hal itu tak akan mengurangi khusyuknya salat Arinda. Gemercik cipratan air hujan jelas terekam telinga. Dan tiba saat rakaat ketiga, lap… suasana menjadi gelap, hanya seberkas cahaya saja yang mampu menerobos ventilasi rumah. Rupanya petugas PLN sedang membagi giliran pemadaman listrik. Atau mungkin lupa bayar listrik? Oh no.. Tagihan listrik selalu rutin dibayarkan tiap bulannya.

     Arinda pun segera menyelesaikan salatnya. Membereskan mukena, lalu mencari benda mungilnya. Kebiasaan setiap saat, apalagi saat-saat hujan seperti ini. Ia pun mengutak-atik Handphone-nya. Dan klik Menu… Musik… Daftar Putar… Favor… play.
Cinta tak ungkin berhenti.
Secepat saat aku jatuh hati.
Jatuhkan hatiku kepadamu.
Sehingga hidupku pun berarti.
Cinta tak mudah berganti.
Tak mudah berganti jadi benci.
Walau kini aku harus pergi.
Tuk sembuhkan hati...
     Alunan nada dari Tangga-Cinta Tak Mungkin Berhenti terus mengalir lembut mengisi ruang dengar Arinda. Sekilas bayang-bayang Arial menyelinap dalam hati Arinda. Loh siapa lagi Arial? Bukankah Arial itu laki-laki? Kok tumben ya Arinda memikirkan laki-laki? Ya.. Arial adalah bagian dari masa lalu Arinda. Wajar bukan kalau diam-diam dan tanpa sengaja Arial masih sering nongol di pikiran Arinda. Saat ini mereka hanya seporsi “teman baik”. Ya, teman baik, sangat baik. Tidak lebih dan tidak kurang. Tetapi Arinda juga tak bisa bohong kalau rasa istimewa pada Arial masih ada.
Seperti kosong dan sendiri.
Mencoba pendam beratnya sepi.
Setengah hatiku tertinggal padamu.
Bila ada cinta yang membuatmu merasa nyaman.
Coba kau katakan.

Bila benar ada lepaskan hatiku.
Terlebih dahulu darimu.

Jika tak lagi cinta tak apa…
     Pendengaran Arinda beralih pada sebuah lagu dari Geisha-Setengah Hatiku Tertinggal. Arinda tersenyum. Bayangan Arial kembali hadir. Manis dan lembutnya sikap Arial kembali mengisi pikiran Arinda yang belum 100% sadar. Arrgghh. Husshh.. Arinda berusaha menepis bayang-bayang Arial. Namun di tengah gelapnya suasana rumah, setan cinta pun lebih leluasa beraksi dalam pikiran Arinda. Menghadirkan bayang-bayang Arial. Senyumnya, candanya, bagaimana Arial bisa menjadi pemanis kehidupan Arinda.
When I see you smile..
I can face the world. oh.. oh..
You know I can do anything.

When I see you smile..
I see a ray of light. oh.. oh..

I see it shinning right through the rain.
When I see you smile..

Baby when I see you smile at me…
     Alunan lembut dari Bad English-When I See You Smile (Ketika Ku melihatmu Tersenyum) seolah membuat berbunga-bunga sekaligus menyesakkan hati Arinda. Bagaimana tidak? Bagi Arinda, melupakan Arial tidaklah semudah menendang kaleng bekas minuman soda yang sekali tendang langsung menghilang. Juga tak semudah menghapus goresan pensil dengan karet kusam. Tak bisa disangkal, secercah rasa sayang masih membekas. Arinda mencoba berserah diri pada Sang Pencipta. Namun Arinda juga sadar bahwa apa yang ia rasakan adalah suatu fitrah manusia yang diciptakan untuk mencintai. “Tuhan.. Jika dia untukku, satukanlah kami ketika Engkau sudah meridhoinya nanti. Jika dia bukan untukku, biarlah rasa ini hanya sebatas rasa seorang anak manusia dan rasa seorang gadis remaja. Apa pun kehendakMu, aku hanya berharap bahwa Engkau tak akan memutuskan tali ukhuwah kami.” Desah Arinda lirih.
And we have gone through good and bad times.
But your unconditional love.
Was always on my mind.

You’ve been there from the start for me.
And you was always been true as can be.

I give mu heart to you.
I give my heart..

Cause nothing can compare in this world to you…
     Avenged Sevenfold-Warmness On The Soul beralun merdu mengisi ruang dengar Arinda. Arinda tersenyum dan menghela napas. Kini ia mulai mencoba membawa rasa itu ke arah positif. Masa lalu bukanlah hal yang harus dilupakan. Cinta? boleh saja, karena itulah fitrah manusia. Yang terpenting bagaimana cara mengemas dan menyikapinya untuk hal-hal positif, dan tidak mengurangi rasa cinta pada Yang Maha Kuasa. Dan Arinda mulai menjalani hidup dan hatinya lebih santai. Karena Arinda yakin semua yang ada di dunia ini sudah diatur oleh Sang Pencipta. Bagi Arinda, Arial adalah “Kehangatan di Dalam Jiwa” nya. Tetapi Allah adalah pemilik dan penguasa dirinya seutuhnya.


 THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar